Ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi saat ini berkembang dengan begitu cepat. Revolusi industri 4.0 yang terjadi beberapa tahun lalu dalam waktu yang singkat sudah mengantarkan kita ke revolusi industri 5.0. Dengan demikian kebutuhan dunia kerja dan industri akan kecakapan kerja yang relevan oleh seorang karyawan/pekerja/pengusaha menjadi sangat penting. Merupakan sebuah tantangan bagi institusi pendidikan, salah satunya perguruan tinggi, untuk menciptakan lulusan yang siap untuk dunia kerja saat ini.

Dengan segala dinamika yang terjadi, beberapa bidang ilmu di perguruan tinggi dianggap tidak lagi relevan dengan kebutuhan DUDI, termasuk salah satunya ilmu Susastra. Bahkan ada beberapa perguruan tinggi yang menutup Program Studi Sastra dengan alasan tidak adanya peminat. Relevansi sastra, peran, dan dampaknya di era ini mulai dipandang sebelah mata, bahkan di kalangan mahasiswa sastra sendiri.

Menanggapi hal ini, Program Studi Bahasa Inggris dan Sastra Inggris dari Fakultas Pariwisata dan Budaya Universitas Pertiwi mengadakan seminar dengan topik:

“The Power, Role, and Virtue of Literature in Accentuating the Students’ Life Vision and Future”.

Topik ini diambil berdasarkan argumentasi bahwa relevansi Sastra sebagai bagian dari rumpun ilmu humaniora justru sangat dibutuhkan di era ini. Beberapa bidang ilmu mungkin menjadi trend dan pilihan favorit pada saat ini, tetapi kemudian usang dalam satu dekade kemudian. Artinya bahwa bidang ilmu yang bisa menjadi persiapan terbaik dalam menghadapi perubahan yang tak menentu adalah bidang yang sudah teruji waktu and berlaku universal, yaitu Sastra sebagai bagian dari Seni Liberal (Liberal Arts).